PROFESI KEGURUAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN MANAJEMEN KELAS, EVALUASI PEMBELAJARAN, SERTA PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu: Ruwet Rusiono, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh: | |
Albertus Purwa Andika K | 171300021 |
Asrifatun Agustini | 161400002 |
Muhammat Muqsith Rozaki | 161300018 |
Rr Putri Sekar Cahyani | 161300017 |
Yeni Afianingsih | 161300006 |
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
2019
DAFTAR ISI
A. Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas. 2
C. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan profesional jika orang tersebut mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, maupun profesi yang telah ada dalam masyarakat. Lalu bagaimana dengan guru? Guru jelas adalah suatu profesi. Tapi, apakah guru bisa dikatakan sebagai profesi yang profesional? Agar dapat dikatakan profesional, seorang guru haruslah memiliki keahlian tertentu. Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian.
Dengan dasar itulah, maka kami mengangkat masalah “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN MANAJEMEN KELAS, EVALUASI PEMBELAJARAN, SERTA PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN” sebagai bahan pada makalah ini. Jika seseorang ingin menjadi guru, maka orang tersebut haruslah memiliki keahlian sebagai seorang guru. Jika tidak, maka orang tersebut tidak dapat menjadi seorang guru. Jadi, tidak sembarang orang yang bisa jadi seorang guru.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pelaksanaan dan manajemen kelas ?
2. Apa itu evaluasi pembelajaran ?
3. Apa itu pengembangan perencanaan pembelajaran ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang pelaksanaan dan manajemen kelas.
2. Mengetahui tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
3. Mengetahui tentang pengembangan perencanaan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas
1. Pelaksanaan pembelajaran
Guru harus memahami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar anak SD, supaya tercipta proses belajar yang baik. Faktor yang perlu diperhatikan antara lain: kondisi fisik, sosio emosional dan organisasional. Semua faktor ini harus difahami oleh guru agar tujuan KBM dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, atau setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal.
Di dalam pengaturan ruangan kelas terdapat beberapa tempat duduk/ meja kursi, di antaranya: pola berderet, pola berjajar atau berbasis. Tapi pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut kesenangan siswa itu sendiri. Dalam pola susunan berkelompok siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan bisa pindah dari kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.
Secara lebih terperinci maka kegiatan pembelajaran di SD dapat diidentifikasi sebagai berikut[1] :
a. Pengaturan Ruangan/ Kelas
b. Pengorganisasian Anak Didik
1) Kegiatan klasikal
2) Kegiatan kelompok
3) Kegiatan individual
c. Pengaturan Alat Bermain/ Sumber Belajar.
1) Sumber belajar di dalam ruangan/kelas
a) Pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengamanan
b) Pembelajaran kelompok dengan sudut-sudut kegiatan
(1) Sudut keluarga
(2) Sudut alam sekitar dan pengetahuan
(3) Sudut pembangunan
(4) Sudut kebudayaan
(5) Sudut Ke-Tuhanan
c) Pembelajaran berdasarkan minat
(1) Area agma
(2) Area matematika
(3) Area IPA
(4) Area musik
(5) Area bahasa
(6) Area membaca dan menulis
(7) Area drama
(8) Area seni dan motorik halus
2) Sumber belajar di luar ruangan/ kelas
2. Manajemen Kelas
a. Konsep dan Kegiatan Manajemen Kelas
Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
Menurut Stoner (1992:8) manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.[2]
Menurut Sudjana (2000:77); manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.[3]
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
Manajemen atau pengelolaan diartikan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan kelas diartikan secara umum sebagai sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dalam arti sempit kelas menunjukan suatu ruangan (dibatasi 4 dinding) atau tempat dimana murid-murid belajar, tiap bangunan sekolah di bagi kedalam ruangan-ruangan bagunan yang menunjukan ruangan kelas. Dalam arti luas kelas dapat pula diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada murid-murid dalam sutau ruangan untuk sutau tingkat tertentu pada jam tertentu. Kelas yang dimaksudkan disini adalah mencakup kedua pengertian tersebut, yaitu hanya sebagai ruangan yang menunjukan tingkatan tertentu, akan tetapi juga menunjukan kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Dengan demikian, manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).[4]
Model Konseptual Pengelolaan Kelas (M.C. Wrag : 1997):[5]
1) Pengelolaan kelas yang mengharuskan guru melaksanakan berbagai tugas :
a) Perencanaan
b) Mengorganisir
c) Mengkoordinasi
d) Mengarahkan
e) Mengendalikan
f) Mengkomunikasikan
2) Melibatkan penggunaan unsure variable tertentu
a) Waktu
b) Ruang
c) Personel
d) Bahan
e) Kewenangan + Tanggungjawab
f) Imbalan dan hukuman
3) Dalam berbagai konteks
a) Di luar sekolah
b) Di sekolah di luar kelas
c) Di kelas tanpa murid
d) Dengan murid peraturan tapi tanpa perintah
e) Dengan murid memupuk perkembangan pengendalian diri tanpa perintah
f) KBM di kelas
4) Dalam mewujudkan nilai-nilai tertentu
a) Pencapaian tujuan secara efektif
b) Efisiensi
c) Antara kelompok dan individu-individu
d) Antar peran
e) Antar kepribadian
f) Antar tujuan jangka pendek dan jangka panjang
5) Melalui pemecahan sejumlah ketegangan
a) Antar sekolah dengan kebudayaan
b) Antar pesan dan kepribadian
c) Antar kelompok dan individu
d) Antar peran
e) Antar kepribadian
f) Antar keadaan sekarang dan yang akan dating
6) Yang berbeda sifat dan keseriusannya menurut factor-faktor situasional
a) Besarnya kelompok
b) Usia dan latar belakang murid
c) Kesetiakawanan kelompok
d) Konteks organisasi
e) Tujuan
f) Kecukupan ruang dan sumber
7) Menurut cara-cara yang dipengaruhi oleh pandangan ideologis sekolah dan guru-guru
a) Orientasi tugas
b) Orientasi individu
c) Orientasi Kelompok
b. Tujuan manajemen kelas
Menurut Dirjen Dikdasmen yang menjadi tujuan manajemen kelas adalah :
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4) Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
c. Fungsi manajemen kelas
Fungsi manajemen kelas sebenarnya merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang diaplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan pembelajaran yang hendak dicapinya.
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Penggerakan
d. Pengarahan
e. Pengkoordinasian
f. Pengendalian
g. Inovasi
B. Evalausi Pembelajaran
1. Pengertiang Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat meng- gambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.
Secara skematis hubungan tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi dapat digambarkan sebagai beriku[6]t:
Gambar 1. Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaiandan dan Evaluasi
Tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran.
Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian (assessment purpose) adalah untuk (1) keeping track, (2) checking- up, (3) finding-out, and (4) summing-up. Keempat tujuan tersebut oleh Arifin (2013:15) diuraikan sebagai bertikut[7]:
a) Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
b) Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum dikuasai.
c) Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
d) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.
2. Fungsi evaluasi pembelajaran
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi penilaian ada beberapa hal:
a) Penilaian berfungsi selektif.
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya. Penilaian itu sendiri mempunyai beberapa tujuan, antar lain :
a. Untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b. Untuk memilih peserta didik yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
c. Untuk memilih peserta didik yang seharusnya mendapat beapeserta didik.
d. Untuk memilih peserta didik yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
b) Penilaian berfungsi diagnotik.
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada peserta didik tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, maka akan lebih mudah dicari untuk cara mengatasinya.
c) Penilaian berfungsi sebagai penempatan.
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara Barat, adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendidikan yang bersifat malayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil penilaian sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Fungsi dari penilaian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: guru, metode/strategi pembelajaran, media pembelajaran, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.
C. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran
1. Pengertian Rencana Pembelajaran
Pembelajaran, secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa dan aktivitas belajar siswa tersebut dapat terjadi dengan direncanakan (by designed). Perencanaan merupakan aktivitas pendidikan dimana pembelajaran ada di dalamnya yang secara sadar dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan fotensi dirinya melalui sejumlah kompetensi yang diacunya dalam setiap proses pembelajaran yang diikutinya.
Dengan demikian, inti dari perencanaan pembelajaran adalah proses memilih, menetapkan dan mengembangkan, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, menawarkan bahan ajar, menyediakan pengalaman belajar yang bermakna, serta mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajarannya.
Dalam lingkup yang lebih luas, perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu tertentu untuk menapai tujuan yang telah ditentukan.[8]
2. Unsur Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjamahan dari instruction yang secara khusus diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan seseorang belajar. Proses pengembangan pembelajaran terkait dengan unsur-unsur dasar kurikulum yang sekaligus juga merupakan unsur dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu tujuan materi pelajaran, pengalaman belajar dan penilaian hasil belajar.
Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang saling terkait secara fungsional. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam perencanaan pembelajaran yang akan dilakukannya, antara lain : (1) Memahami kurikulum; (2) Menguasai bahan ajar; (3) Menyusun program pengajaran; (4) Melaksanakan program pengajaran; dan (5) Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Perencanaan pembelajaran memiliki peran penting dalam memandu guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, yang melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan merupakan langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh ketika guru membuat perencanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan pembelajarannya antara lain:
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan / kompetensi dalam pembelajaran.
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran.
c. Sebagai pedoman kerja / kegiatan bagi setiap unsur guru dan unsur siswa.
d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya sesuatu kegiatan pembelajaran berlangsung.
e. Sebagai bahan penyusunan data informasi tentang keberhasilan pembelajaran.[9]
3. Prinsip Pengembangan Pelaksanaan Rencana Pembelajaran
Pelaksanaan rencana pembelajaran harus berorientasi kepada upaya penyiapan individu siswa agar mampu melaksanakan perangkat kompetensi yang telah direncanakan pada tahap awal pengembangan perencanaan pembelajaran. Pengembangan program hendaknya dilakukan berdasarkan pendekatan kompetensi. Sehingga penggunaan pendekatan desain program ini dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan tepat.
Pembelajaran berberbasis kompetensi akan menitik beratkan kepada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi sesuai dengan yang telah direncanakan. Suatu program pembelajaran berbasis kompetensi harus mengandung empat unsur pokok, yaitu :
a. Pemilihan kompetensi yang sesuai
b. Spesifikasi indicator evaluasi untk menentukan keberhasilan kompetensi
c. Pengembangan sistem pembelajaran
d. Penilaian (evaluasi)
Hasil pembelajaran dinilai dan dapat dijadikan bahan umpan balik untuk selalu mengadakan perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya. Adapun langkah-langkah pengembangan pembelajaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Stanley Elam dalam Umar Hamalik (2002) sebagai berikut :
Bagan. Langkah Pengembangan Pembelajaran
Berdasarkan bagan di atas kita dapat memahami bahwa langkah pengembangan pembelajaran dimulai dari :
a. Spesifikasi Asumsi
Pengembangan pembelajaran harus didasarkan kepada asumsi yang benar. Misalnya belajar akan menjadi lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka memahami apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui. Ini merupakan filosofi belajar secara konstruktifisme.
b. Mengidentifikasi Kompetensi
Penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Cakupan dan keluasan kompetensi dasar digunakan jaringan topik/tema/konsep. Ketika cakupan materi dalam kompetensi dasar terlalu luas perlu dijabarkan dalam lebih dari satu pembelajaran. Kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasi serta di tes sejauh mana kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektivitas belajar mengajar. Identifikasi kompetensi dapat dilakukan melalui : analisis tugas (task analysis), dan sebagainya.
c. Menggambarkan Kompetensi Secara Spesifik
Spesifikasi kompetensi biasanya lebih khusus, dapat diamati, dan lebih oprasional.
d. Menentukan Kriteria Jenis Asesmen
Langkah ini ditempuh guna mengukur ketercapaian kompetensi, dan ini sangat penting dalam pengembangan pembelajaran. Karena ketersediaan alternative penilaian yang disiapkan oleh guru menunjukkan kesiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
e. Pengelompokkan Tujuan dan Penyusunan Tujuan Pembelajaran
Pengelompokan tujuan merupakan deskripsi logis dari program yang di dalamnya memuat kompetensi minimal.
f. Desain Strategi Pembelajaran
Desain ini dibuat sesuai dengan kompetensi yang telah dirumuskan dan dikembangkan setelah kompetensi ditetapkan Strategi umum yang digunakan biasanya berupa : prospectus, tujuan, pre asesmen (asesmen diagnostic), kegiatan yang akan dilakukan, dan post asesmen.
g. Mengorganisasikan Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan dalam lebih bersifat individual sesuai dengan kebutuhan siswa, yang dalam implementasinya memerlukan layanan multidisipliner dan mengutamakan suasana real (field setting).
h. Melaksanakan Uji Coba Program
Program yang telah dibuat, hendaknya dilakukan uji oba dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas strategi instruksional, tuntutan program, ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan, dan efektivitas sistem penglolaan.
i. Menilai Desain Pembelajaran
Terdapat empat aspek penting dalam menilai desain pembelajaran antara lain : (a) validasi tujuan; (b) tingkat kriteria dan bentuk asesmen; (c) sistem instruksional; dan (d) pelaksanaan dan pengelolaan sesuai dengan tujuan. Penilaian hendaknya dilakukan seawal mungkin, kontinuitas, sebab merupakan bagian integral dalam pengembangan program.
j. Memperbaiki Program
Perbaikan program hendaknya dilaksanakan berdasarkan umpan balik dari pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh setiap siswa dan guru. Pengembangan rencana pembelajaran berdasarkan kurikulum 2004 adalah berupa silabus, pengembangannya dilakukan oleh guru dengan memperhatikan beberapa aspek penting sebagai berikut : (a) Pengertian silabus; (b) isi silabus; (c) manfaat silabus; (d) prinsip pengembangan silabus; (e) langkah pengembangan silabus.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjadi profesi guru tentu harus mempunyai keahlian-keahlian yang dikuasai. Guru harus bisa memanajemen kelas yaitu segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Mengevaluasi pembelajaran juga sangat penting bagi guru, sekolah, siswa, dan orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar siswa,kendala siswa dalam pembelajaran dan lain-lain. evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran adalah proses memilih, menetapkan dan mengembangkan, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, menawarkan bahan ajar, menyediakan pengalaman belajar yang bermakna, serta mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran dalam mencapai hasil pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryana, Asep. (2006). Bahan Belajar Mandiri: Manajemen Kelas. Program Studi PGSD
Universitas Pendidikan Indonesia.
Asrul. Ananda. Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Ciptapustaka Media: Bandung
https://www.academia.edu/19169419/Pengembangan_Pelaksanaan_Rencana_Pembelajaran.
[1] Asep Suryana, Bahan Belajar Mandiri: Manajemen Kelas, Program Studi PGSD Unversitas Pendidikan Indonesa, 2006, Hlm. 12-13
[2] Asep Suryana, Bahan Belajar Mandiri: Manajemen Kelas, Program Studi PGSD Unversitas Pendidikan Indonesa, 2006, Hlm. 27
[3] Asep Suryana, Bahan Belajar Mandiri: Manajemen Kelas, Program Studi PGSD Unversitas Pendidikan Indonesa, 2006, Hlm. 28
[4] Asep Suryana, Bahan Belajar Mandiri: Manajemen Kelas, Program Studi PGSD Unversitas Pendidikan Indonesa, 2006, Hlm. 29
[5] Asep Suryana, Bahan Belajar Mandiri: Manajemen Kelas, Program Studi PGSD Unversitas Pendidikan Indonesa, 2006, Hlm. 31-33
[6] Asrul, Rusydi, Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, Citapustaka Media, Bandung, 2015, Hlm: 5
[7] Asrul, Rusydi, Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, Citapustaka Media, Bandung, 2015, Hlm: 12
[8] Novi Oktaviani, “pengembangan pelaksanaan pembelajaran” https://www.academia.edu/19169419/Pengembangan_Pelaksanaan_Rencana_Pembelajaran(22.03.19 23:05:18 ).
[9] Novi Oktaviani, “pengembangan pelaksanaan pembelajaran” https://www.academia.edu/19169419/Pengembangan_Pelaksanaan_Rencana_Pembelajaran(22.03.19 23:05:18 ).
[10] Novi Oktaviani, “pengembangan pelaksanaan pembelajaran” https://www.academia.edu/19169419/Pengembangan_Pelaksanaan_Rencana_Pembelajaran (22.03.19 23:05:18 ).
EmoticonEmoticon